Followers

nuffnang

Friday, February 26, 2010

Penggunaan Bahan Dari Khinzir



Secara sedar atau tidak banyak barangan kegunaan harian kita terdedah kepada penggunaan bahan yang tidak halal di dalam bahan pembuatannya. Pengusaha bukan islam secara umumnya adalah pengusaha utama pelbagai barangan kegunaan harian di seluruh dunia, manakala orang islam kebiasaannya lebih selesa sebagai pekerja bawahan dan pengguna akhir sahaja. Masalah halal haram tidak menjadi keutamaan, lantaran kepentingan perniagaan itu sendiri ataupun kejahilan mereka tentang kewajipan penyediaan barangan halal untuk pengguna muslim.

Oleh itu kewajipan kita sebagai pengguna muslim menyelidiki sumber barang-barang kegunaan harian kita khasnya makanan. Terkini banyak maklumat berkaitan penggunaan bahan dari khinzir di dalam pelbagai barangan. Sumber dari khinzir dipercayai bahan mentah yang murah dan terbanyak digunakan dalam campuran produksi barangan terkini. Sumber yang tidak pasti dan syubhah sebegini cubalah kita elakkan selagi termampu. Beralihlah kepada menggunakan barangan halal yang banyak sudah diusahakan oleh para pengusaha muslim. Sensitiflah kepada logo halal. Boleh cuba beberapa barangan HPA, saya cadangkan...


Monday, February 22, 2010

Kisah Pengembaraan Ibnu Battuta














Ibnu Battuta : Kisah Sang Pengembara
Ragam & Muhibah - Khazanah Islam

Buku ini aku dapatkan dari seorang pelajar KUITHO yang part time menjual buku terjemahan IKIM. Kebetulan mereka membuat promosi ke sekolah. Memang tebal bukunya, sudah baca beberapa bab, entah bila boleh habis tak tahu lagi. Ada sahabat hendak baca bila tua nanti..he he he.

Pencapaian Ibnu Battuta yang luar biasa itu, dikatakan dirampas dan disembunyikan Kerajaan Perancis saat menjajah benua Afrika.

''Aku tinggalkan Tangier, kampung halamanku, pada Kamis 2 Rajab 725 H/ 14 Juni 1325 M. Saat itu usiaku baru 21 tahun empat bulan. Tujuanku adalah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci di Makkah dan berziarah ke makam Rasulullah SAW di Madinah,'' kisah Ibnu Battuta - pengembara dan penjelajah Muslim terhebat di dunia -- membuka pengalaman perjalanan panjangnya dalam buku catatannya.
Dengan penuh kesedihan, ia meninggalkan orang tua serta sahabat sahabatnya di Tangier. Tekadnya sudah bulat untuk menunaikan rukun iman kelima. Perjalanannya menuju ke Baitullah telah membawanya bertualang dan menjelajahi dunia. Seorang diri, dia mengharungi samudera dan menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia.

''Kehebatan Ibnu Battuta hanya dapat dibandingkan dengan pelancong terkemuka Eropah, Marcopolo (1254 M -1324 M),'' ujar Sejarawan Brockelmann mengagumi kesungguhan sang pengembara Muslim itu.

Selama hampir 30 tahun, dia telah mengunjungi tiga benua mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropah Selatan, Eropah Timur, Timur Tengah, India, Asia engah, Asia Tenggara, dan Cina.

Perjalanan panjang dan pengembaraannya mengelilingi dunia itu mencapai 73 ribu mil atau sejauh 117 ribu kilometer. Tak heran, bila kehebatannya mampu melampaui sejumlah penjelajah Eropah yang diagung-agungkan Barat seperti Christopher Columbus, Vasco de Gama, dan Magellan yang mulai berlayar 125 tahun setelah Ibnu Battuta.

Sejarawan Barat, George Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Battuta melebihi capaian Marco Polo. Tak heran, bila Sarton geleng-geleng kepala dan mengagumi kehebatan seorang Ibnu Battuta yang mampu mengharungi lautan dan menjelajahi daratan sepanjang 73 ribu mil itu. Sebuah pencapaian yang tak ada duanya di masa itu.

Lalu siapakah sebenarnya pengembara tangguh bernama Ibnu Battuta itu? Lelaki kelahiran Tangier, Morocco 17 Rejab 703 H/ 25 Februari 1304 itu bernama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim At-Tanji, bergelar Syamsuddin bin Battutah. Sejak kecil, Ibnu Battuta dibesarkan dalam keluarga yang taat menjaga tradisi Islam. Ibnu Battuta begitu tertarik untuk mendalami ilmu-ilmu fekah dan sastera dan syair Arab.

Kelak, ilmu yang dipelajarinya semasa kecil hingga dewasa itu banyak membantunya dalam melalui perjalanan panjangnya. Ketika Ibnu Battuta tumbuh menjadi seorang pemuda, dunia Islam terbahagi-baahagi atas kerajaan-kerajaan dan dinasti. Ia sempat mengalami kejayaan Bani Marrin yang berkuasa di Moroko pada abad ke-13 dan 14 M.

Latar belakang Ibnu Battuta begitu jauh berbeza bila dibandingkan Marco Polo yang seorang pedagang dan Columbus yang benar-benar seorang petualang sejati. Meski Ibnu Battuta adalah seorang teologis, sasetrawan puisi dan cendekiawan, serta humanis, namun ketokohannya mampu mengalahkan keduanya.

Meski hatinya berat untuk meninggalkan orang-orang yang dicintainya, Ibnu Battuta tetap meninggalkan kampung halamannya untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah yang berjarak 3.000 mil ke arah Timur. Dari Tangier, Afrika Utara dia menuju Iskandariah. Lalu kembali bergerak ke Dimyath dan Kaherah.

Setelah itu, dia menginjakkan kakinya di Palestin dan selanjutnya menuju Damaskus. Ia lalu berjalan kaki ke Ladzikiyah hingga sampai di Allepo. Pintu menuju Makkah terbuka di hadapannya setelah dia melihat satu kafilah sedang bergerak untuk menunaikan ibadat haji ke Tanah Suci. Ia pun bergabung dengan rombongan itu. Beliau menetap di Makkah selama dua tahun.

Setelah cita-citanya tercapai, Ibnu Battuta, ternyata tak langsung pulang ke Tangier, Maroko. Ia lebih memilih untuk meneruskan pengembaraannya ke Yaman melalui jalan laut dan melawat ke Aden, Mombosa, Timur Afrika dan menuju ke Kulwa. Ia kembali ke Oman dan kembali lagi ke Makkah untuk menunaikan Haji pada tahun 1332 M, melaui Hormuz, Siraf, Bahrin dan Yamama.

Itulah putaran pertama perjalanan yang tempuh Ibnu Battuta. Pengembaraan putara kedua, dilalui Ibnu Battuta dengan menjelajahi Syam dan Laut Hitam. Ia lalu meneruskan pengembaraannya ke Bulgaria, Rom, Rusia, Turki serta pelabuhan terpenting di Laut Hitam iaitu Odesia, kemudian menyusuri sepanjang Sungai Danube.

Ia lalu berlayar menyeberangi Laut Hitam ke Semenanjung Crimea dan mengunjungi Rusia Selatan dan seterusnya ke India. Di India, ia pernah diangkat menjadi kadi. Dia lalu bergerak lagi ke Sri Lanka, Indonesia, dan Canton. Kemudian Ibnu Battuta mengembara pula ke Sumatera, Indonesia dan melanjutkan perjalanan melalui laut Amman dan akhirnya meneruskan perjalanan darat ke Iran, Iraq, Palestin dan Mesir.

Beliau lalu kembali ke Makkah untuk menunaikan ibadah hajinya yang ke tujuh pada bulan November 1348 M. Perjalanan putaran ketiga kembali dimulai pada 753 H. Ia terdampar di Mali di tengah Afrika Barat dan akhirnya kembali ke Fez, Maroko pada 1355 M.

Ia mengakhiri cerita perjalannya dengan sebuah kalimat, ''Akhirnya aku sampai juga di kota Fez.'' Di situ dia menuliskan hasil pengembaraannya. Salah seorang penulis bernama Mohad Ibnu Juza menuliskan kisah perjalanannya dengan gaya bahasa yang renyah. Dalam waktu tiga bulan, buku berjudul Persembahan Seorang pengamat tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan,diselesaikannya pada 9 Desember 1355 M.

Secara detail, setiap kali mengunjungi sebuah negeri atau negara, Ibnu Battuta mencatat mengenai penduduk, pemerintah, dan ulama. Ia juga mengisahkan kedukaan yang pernah dialaminya seperti ketika berhadapan dengan penjahat, hampir pengsan bersama kapal yang karam dan nyaris dihukum penggal oleh pemerintah yang zalim. Ia meninggal dunia di Moroko pada pada tahun 1377 M.

Kisah pencapaian Ibnu Battuta yang luar biasa itu, konon dirampas dan disembunyikan Kerajaan Perancis ketika menjajah benua Afrika. Buktinya, Barat baru mengetahui kehebatannya setelah tiga abad meninggalnya sang pengembara.


Dari Tangier ke Samudera Pasai

Pengembaraan dan perjalanan panjang yang ditempuh Ibnu Battuta sempat membuatnya terdampar di Samudera Pasai - kerajaan Islam pertama di Nusantara pada abad ke-13 M. Ia menginjakkan kakinya di Aceh pada tahun 1345. Sang pengembara itu singgah di bumi Serambi Makkah selama 15 hari.

Dalam catatan perjalanannya, Ibnu Battuta melukiskan Samudera Pasai dengan begitu indah. ''Negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah,'' tutur sang pengembara berdecak kagum. Kedatangan penjelajah kondang asal Maroko itu mendapat sambutan hangat dari para ulama dan pejabat Samudera Pasai.

Ia disambut oleh pemimpin Daulasah, Qadi Syarif Amir Sayyir al-Syirazi, Tajudin al-Ashbahani dan ahli fiqih kesultanan. Menurut Ibnu Battuta, kala itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat ilmu Islam di Asia Tenggara. Penjelajah termasyhur itu juga mengagumi Sultan Mahmud Malik Al-Zahir -- penguasa Samudera Pasai.

''Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Peribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk solat Jumaat dengan berjalan kaki. Selesai solat, sultan dan rombongan biasa mengelilingi kota untuk melihat keadaan rakyatnya,'' kisah Ibnu Battuta.

Menurut Ibnu Battuta, penguasa Samudera Pasai itu memiliki ghirah belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada ulama. Dia juga mencatat, pusat kuliah Islam yang dibangun dii lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama dan elit kerajaan.

Selama berkelana mengelilingi dunia dan menjejakkan kakinya di 44 negara, dalam kitab yang berjudul Tuhfat al-Nazhar, Ibnu Battuta meriwayatkan telah bertemu dengan tujuh raja yang memiliki kelebihan yang luar biasa.

Ketujuh raja yang dikagumi Ibnu Battuta itu antara lain; raja Iraq yang dinilainya berbudi bahasa; raja Hindustani yang disebutnya sangat ramah; raja Yaman yang dianggapnya berakhlak mulia; raja Turki dikaguminya karena gagah perkasa; Raja Romawi yang sangat pemaaf; Raja Melayu Malik Al-Zahir yang dinilainya berilmu pengetahuan luas dan mendalam, serta raja Turkistan.

Setelah berkelana dan mengembara di Samudera Pasai selama dua pekan, Ibnu Battuta akhirnya melanjutkan perjalannnya menuju Negeri Tirai Bambu Cina. Catatan perjalanan Ibnu Battuta itu menggambarkan pada abad pertengahan, peradaban telah tumbuh dan berkembang di bumi Nusantara.


Abadi di Kawah Bulan

Nama besar dan kehebatan Ibnu Battuta dalam menjelajahi dunia di abad pertengahan hingga kini tetap dikenang. Bukan hanya umat Islam saja yang mengakui kehebatannya, Barat pun mengagumi sosok Ibnu Battuta. Tak heran, karya-karyanya disimpan Barat.

Sebagai bentuk penghormatan atas dedikasinya, International Astronomy Union (IAU) mengabadikan Ibnu Battuta menjadi nama salah satu kawah bulan. Bagi orang Astronomi, Ibnu Battuta bukan hanya seorang pengembara dan penjelajah paling termasyhur, namun juga sebuah kawah kecil di bulan yang berada di Mare Fecunditas.

sebahagian untuk catatan di blog ini aku gunakan versi indo dalam http://www.mualaf.com/ragam-dan-muhibah/khazanah-islam/530-ibnu-battuta-kisah-sang-pengembara dan foto buku http://limatahun.blogspot.com/2008/11/hadiah-teristimewa.html

catatan dan cerita lain dalam blog http://sebelum-mata-terlena.blogspot.com/

Thursday, February 11, 2010

menangani Anak gila TV

"ANAK saya baru berusia tiga tahun, tetapi sangat suka menonton televisyen sehingga kami tidak boleh menonton rancangan lain. Kalau tidak membuka rancangan kegemarannya, dia mengamuk. "Malah, sekarang sudah pandai menekan alat kawalan bagi memilih programnya sendiri. "Jika ditukar siaran lain, dia menangis. Kalau boleh, makan pun di hadapan televisyen. Ini sangat merisaukan tambah pula dia sudah pandai meniru aksi yang dilakonkan watak dalam rancangan itu," demikian rungut seorang ibu mengenai anak lelakinya yang terlalu fanatik dengan televisyen. Mungkin bukan ibu ini saja, malah ramai lagi ibu yang bimbang mengenai kesan dan pengaruh televisyen kepada minda serta tingkah laku anak-anak. Jika dulu sebuah rumah hanya memiliki satu televisyen, tetapi kini kebanyakan anak-anak memiliki televisyen sendiri lantaran ibu bapa tidak mahu mendengar pekikan dan tangisan anak-anak yang mahu menonton kartun kegemaran mereka pada saat ibu bapa mahu menonton rancangan lain. Rancangan kartun pula lazimnya bermula seawal pagi sehingga keesokan paginya. Perkara ini berterusan setiap hari sehingga anak itu bercakap, berjalan dan bersekolah. Namun untuk menyekat tabiat anak-anak supaya tidak menonton televisyen memang sukar dan mustahil. Tambah pula pada awal usia dua sehingga enam tahun kerana ketika ini, fikiran mereka masih belum matang dan belum mampu berfikir. Justeru, apa cara terbaik bagi memastikan televisyen membawa kebaikan kepada anak-anak? Menurut pembimbing keluarga, Zaid Mohamad, yang juga penulis buku, Ibu Bapa Bijak Anak Hebat, kanak-kanak adalah kain putih dan ibu bapa yang bertanggungjawab mencorakkan kain putih itu. Berdasarkan kata-kata itu, Zaid mencipta strategi sendiri yang dikenali sebagai 7S bagi memanfaatkan televisyen kepada ibu bapa dan anak-anak seterusnya melahirkan insan cemerlang.

Strategi ini dimanfaatkan kepada empat anaknya dan terbukti berkesan apabila mereka dianugerahkan pelajar terbaik serta pemimpin pelajar di sekolah. Strategi 7S itu ialah sayang-menyayangi, sekatan, studi secara bijak, santai bersama keluarga, semaikan bakat kepimpinan, sumbangan kepada masyarakat dan serahkan kepada Tuhan. Zaid yang juga pengurus kanan sebuah syarikat multinasional ingin menerapkan strategi 7S kepada ibu bapa bagi membantu menangani masalah anak-anak yang gemar menonton televisyen, sekali gus menjadikan televisyen sebagai medium yang lebih interaktif.


"Mengatakan televisyen itu baik atau buruk tidaklah tepat kerana televisyen hanyalah alat. Apa yang penting, ibu bapa harus bersama-sama memilih program sesuai untuk anak-anak dan sentiasa di sisi mereka ketika menonton," kata pembimbing yang dilantik menjadi pakar ibu bapa oleh CyberSAFE Malaysia, sebuah agensi di bawah Kementerian Sains, Teknologi dan Inovasi.


Perkara pertama yang penting diambil perhatian ialah tunjukkan kasih sayang ketika menonton televisyen bersama anak-anak. Jangan jadikan televisyen sebagai 'pengasuh' supaya ibu bapa mudah melakukan kerja.


"Kini kebanyakan ibu bapa bekerja, namun ini bukan halangan supaya mereka tidak membabitkan diri bersama anak-anak ketika menonton televisyen. "Biasanya masa menonton kira-kira 10 sehingga 15 minit saja sehari. Jadi masa yang singkat ini wajar dimanfaatkan sebaik mungkin," katanya.


Perkara kedua yang sering diabaikan ibu bapa ialah menyediakan tempoh masa menonton. Biasanya ibu bapa membiarkan anak-anak menonton televisyen seberapa lama yang mereka mahu supaya ibu bapa sendiri dapat berehat.


Selain menetapkan masa, pilih program tertentu misalnya beberapa siaran di saluran Astro seperti Playhouse Disney's, Handy Manny dan Special Agent OSO.


"Semua program ini sangat baik untuk perkembangan minda kanak-kanak kerana kanak-kanak boleh berinteraksi dengan ibu bapa ketika menonton. "Rancang waktu menonton bersama anak-anak dan sentiasa berkomunikasi dengan mereka menerusi soalan dan jawapan. Jika boleh masukkan unsur positif dalam setiap interaksi itu," jelasnya.


Secara tidak langsung, menurut Zaid, televisyen boleh dijadikan alat pembelajaran dan perkembangan minda kepada anak-anak dengan pembabitan seisi keluarga secara langsung dalam setiap program yang ditayangkan di televisyen. Tanyakan anak mengenai watak yang paling disukai, apa yang berlaku pada permulaan cerita dan pentingnya sifat tolong-menolong antara satu sama lain. "Apabila ibu bapa menganggap televisyen sebagai alat pembelajaran maka masa menonton televisyen akan menjadi waktu yang sangat penting serta menggembirakan. "Minta mereka menari dan menyanyi mengikut aksi watak. Sentiasa memberikan tindak balas dalam setiap aktiviti dilakukan," katanya.


Menonton televisyen juga boleh membentuk semangat kepimpinan kepada anak-anak. Apabila mereka melihat watak dalam rancangan itu, mereka akan menjadikan watak itu sebagai idola. Apabila watak menampilkan tingkah laku kurang baik, ibu bapa harus bertanya baik buruk perlakuan itu. Kemudian anak-anak diberitahu penyelesaiannya. Dengan cara ini anak-anak mampu menilai perkara baik dan buruk, seterusnya sikap ini akan diteruskan ketika mereka belajar atau bermain bersama kawan. Selain televisyen, Internet dan permainan video juga bagus untuk merangsang perkembangan minda kanak-kanak, tetapi ibu bapa harus memantau selain hadkan masa.


"Saya sendiri menetapkan hanya enam jam seminggu untuk menonton televisyen, selebihnya masa itu digunakan membuat kerja sekolah, mengulang kaji pelajaran dan bermain bersama kawan. Biarkan mereka sendiri membuat jadual dan memilih untuk menonton televisyen. "Bagi anak yang dihantar ke rumah pengasuh, pilih pengasuh yang mempunyai aktiviti seharian. Sebagai ibu, cadangkan aktiviti yang boleh mereka lakukan di rumah pengasuh. "Begitu juga dengan pembantu rumah, pastikan anda membuat jadual waktu dan meminta pembantu rumah mengikut jadual itu. "Biarkan dia melakukan kerja rumah pada waktu pagi. Selepas anak-anak pulang dari sekolah, pembantu rumah harus menemankan anak-anak menonton televisyen atau bermain," jelasnya.


Zaid berkata, paling penting ibu bapa perlu memahami peringkat perkembangan anak-anak supaya lebih memahami setiap perubahan tingkah laku mereka. Misalnya ketika bayi, perkembangan otak berlaku terlalu cepat, kemudian kanak-kanak mula memberi tindak balas apabila usia meningkat dua sehingga enam tahun. Pada usia remaja, barulah mereka menunjukkan emosi dan boleh berfikiran rasional apabila dewasa. "Dengan memahami peringkat perkembangan usia anak-anak, ibu bapa akan lebih memahami mengapa anak remaja sering melakukan perkara yang tidak sepatutnya. Pada peringkat ini, pentingnya menunjukkan kasih sayang bukannya kemarahan kepada anak-anak," jelasnya.


Tulisan Zaid berjudul Smart Parents, Brighter Kids, memasuki senarai jualan terlaris kedai buku terkenal Ogos tahun lalu. Hasil kerja pembimbing ini boleh dilayari menerusi www.SmartParents.com.my.

Petikan
sitizarinah@hmetro.com.my
2010/01/27